New York, Laki-laki yang memiliki kelainan gender sindrom Klinefelter diduga sulit untuk memiliki anak. Tapi kini peneliti menemukan metode yang bisa membantu laki-laki dengan sindrom Klinefelter agar bisa memiliki anak dengan cara mengumpulkan spermanya.
Studi terbaru itu menemukan cara dengan menjalani prosedur pembedahan untuk mengumpulkan sperma laki-laki tersebut, yang nantinya akan digunakan dalam proses pembuahan.
Sindrom Klinefelter yang dialami oleh seorang laki-laki berarti dalam tubuhnya membawa salinan tambahan kromosom X. Biasanya laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY), sedangkan perempuan memiliki dua kromosom X (XX). Tapi pada penderita sindrom Klinefelter memiliki kromosom XXY dan dampak utama dari kelainan ini adalah memiliki gangguan kurang kesuburan.
"Kami mengambil sperma dari 91 pasien kami, dan didapatkan sebanyak 62 pasien kami bisa memiliki anak dengan menggunakan teknik operasi untuk mengambil spermanya," ujar Dr Ranjith Ramasamy di New York-Presbyterian Hospital, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/9/2009).
Lebih dari setengahnya atau sebanyak 57 persen pasangan dari laki-laki tersebut menjadi hamil setelah spermanya dikombinasikan dengan sel telur pasangannya di laboratorium, dalam prosedur yang dikenal dengan bayi tabung (fertilisasi in vitro). Memang tidak semua kehamilan tersebut berhasil hingga melahirkan, tapi secara keseluruhan sebanyak 45 persen dari pasangan tersebut yang berusaha untuk hamil bisa memiliki anak.
Para peneliti melaporkan hasil tersebut dalam Journal of Urology pada bulan September ini. Pengambilan sperma ini lebih mungkin untuk berhasil pada laki-laki usia muda. Dengan tingkat keberhasilan sebesar 71 persen pada laki-laki usia 22 sampai 30 tahun, sebesar 86 persen pada laki-laki usia 31 sampai 35 tahun dan 50 persen pada laki-laki usia 36 sampai 52 tahun. Pasien tertua yang sukses menjalankan operasi pada usia 45 tahun.
Saat ini laki-laki dengan sindrom Klinefelters masih jarang menggunakan metode pengambilan sperma dibandingkan dengan metode terapi penggantian testosteron, yang merupakan metode yang tidak umum pada laki-laki dengan sindrom Klinefelter.
Kini laki-laki yang memiliki kelainan gender langka tersebut masih tetap bisa memiliki anak, dan usia muda akan memberikan kesempatan yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan metode ini.
Studi terbaru itu menemukan cara dengan menjalani prosedur pembedahan untuk mengumpulkan sperma laki-laki tersebut, yang nantinya akan digunakan dalam proses pembuahan.
Sindrom Klinefelter yang dialami oleh seorang laki-laki berarti dalam tubuhnya membawa salinan tambahan kromosom X. Biasanya laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY), sedangkan perempuan memiliki dua kromosom X (XX). Tapi pada penderita sindrom Klinefelter memiliki kromosom XXY dan dampak utama dari kelainan ini adalah memiliki gangguan kurang kesuburan.
"Kami mengambil sperma dari 91 pasien kami, dan didapatkan sebanyak 62 pasien kami bisa memiliki anak dengan menggunakan teknik operasi untuk mengambil spermanya," ujar Dr Ranjith Ramasamy di New York-Presbyterian Hospital, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/9/2009).
Lebih dari setengahnya atau sebanyak 57 persen pasangan dari laki-laki tersebut menjadi hamil setelah spermanya dikombinasikan dengan sel telur pasangannya di laboratorium, dalam prosedur yang dikenal dengan bayi tabung (fertilisasi in vitro). Memang tidak semua kehamilan tersebut berhasil hingga melahirkan, tapi secara keseluruhan sebanyak 45 persen dari pasangan tersebut yang berusaha untuk hamil bisa memiliki anak.
Para peneliti melaporkan hasil tersebut dalam Journal of Urology pada bulan September ini. Pengambilan sperma ini lebih mungkin untuk berhasil pada laki-laki usia muda. Dengan tingkat keberhasilan sebesar 71 persen pada laki-laki usia 22 sampai 30 tahun, sebesar 86 persen pada laki-laki usia 31 sampai 35 tahun dan 50 persen pada laki-laki usia 36 sampai 52 tahun. Pasien tertua yang sukses menjalankan operasi pada usia 45 tahun.
Saat ini laki-laki dengan sindrom Klinefelters masih jarang menggunakan metode pengambilan sperma dibandingkan dengan metode terapi penggantian testosteron, yang merupakan metode yang tidak umum pada laki-laki dengan sindrom Klinefelter.
Kini laki-laki yang memiliki kelainan gender langka tersebut masih tetap bisa memiliki anak, dan usia muda akan memberikan kesempatan yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan metode ini.
Posted by: Sugeng Setyawan
Berita Terbaru, Updated at: 08.42